Seorang anak manusia duduk terdiam. Pandangannya kosong menatap jendela kaca kereta yang gelap gulita mencerminkan gelapnya malam di luar sana. Kereta ekonomi terus melaju dengan goncangan dan bunyi mesinnya yang khas. Seakan bisingnya suara kereta tidak mengusik lamunan anak itu. Apa gerangan yang dipikirkannya?
Kereta melintasi tanah parahyangan menembus gelapnya malam. Tidak sedetik pun mata anak itu tertutup. Pandangannya terus kosong menatap jendela. Perlahan air mata menetes di pipi bulat kemerahannya. Dengan cepat dia mengusap sambil melihat sekelilingnya dimana orang-orang di samping dan depannya sudah terlelap di tengah malam buta itu. Dia pun mengecek jam tangan casio-nya, ternyata jarum menunjukkan pukul 2 pagi. Tidak ada kantuk yang mengampiri pelupuk matanya.
"Datanglah kantuk. Datanglah dan bawa aku ke dunia mimpi. Buatlah aku lupa padanya barang sekejap saja." Kata anak itu dalam hati.
Tapi tetap saja kantuk tak menghampirinya. Dia pun tak tahan lagi. Diambilnya handphone-nya dalam saku. Jarinya menuju menu gallery dan masuk menuju folder dengan nama "sahabat selamanya". Nafasnya tercekat ketika folder terbuka dan menampilkan foto-foto sekelompok anak laki-laki. Dilihatnya satu persatu foto tersebut. Ada dua orang anak lelaki usia 5 tahunan sedang menaiki sepeda di depan sebuah rumah. Foto tersebut terlihat seperti foto dalam bentuk hard difoto kembali menggunakan kamera handphone. Salah seorang anak dalam foto itu adalah dirinya.
Lalu dia menggeser foto pertama pada layar handphone screentouch-nya. Muncullah foto kedua. Dua anak lelaki seusia anak kelas 4 SD saling berangkulan. Anak lelaki yang satu memegang layangan merah putih dan versi kecil dirinya mengacungkan jempol layaknya logo salah satu stasiun televisi swasta yang terkenal pada zaman itu.
Foto ketiga adalah foto dua anak remaja laki-laki yang sedang bermain gitar. Keduanya menampilkan senyum lebar dan terasa bahagia sekali dapat memainkan lagu kesukaan mereka dengan gitar tersebut.
Foto keempat menampilkan dua pemuda di sebuah lapangan basket dengan bola basket berada pada tangan versi muda anak itu. Sedangkan temannya terlihat sedang minum es limun yang dibungkus kantong plastik bening dan sedotan merah untuk menghisap limun.
Dia mencoba menggeser layar handphonenya untuk menampilkan foto selanjutnya pada folder tersebut. Tapi layar tetap terdiam menandakan foto keempat adalah foto terakhir.
Hatinya perih seolah tersayat. Pikirannya melayang tak karuan.
"Jika kejadian itu tak pernah terjadi, pasti sekarang di sampingku duduk sahabatku yang paling berharga," gumamnya dalam hati sambil tanpa sadar tangannya terkepal. "Sekarang ini seharusnya Kau duduk disampingku. Kita berangkat bersama menuju kota impian kita untuk menuntut ilmu. Kota di tanah Jawa, tempat pelajar berkumpul dan menimba pengetahuan sembari dimanjakan budaya serta suasana hangat kota itu. Seharusnya Kau di sini bersamaku, kawan!" Kepalan tangannya menguat dan tanpa disadari air mata mulai menetes lagi di pipinya.
Air mata itu ia usap kembali. Dia mengambil ipad di tas ranselnya. Tangannya menuju google chrome dan mengetikkan alamat web sebuah koran elektronik. Dia cari berita 6 bulan yang lalu. Dan ketemulah artikel yang dicarinya.
"Naas, seorang pelajar SMA dikeroyok dan dilempar dari atas kereta api"
Judul artikel yang membuat dadanya serasa tertusuk dan tercabik. Tak sanggup dia untuk membaca isi artikel itu. Tak sanggup dia membayangkan bagaimana kekerasan yang dialami sahabat yang sudah seperti saudara baginya hingga kehilangan nyawanya. Itulah sebabnya, itulah mengapa dia begitu tak suka bepergian menggunakan kereta api. Karena kereta api menjadi saksi mata apa yang terjadi pada sahabatnya. Dan tanpa bisa ditahan diapun seolah ikut menyaksikan kejadian itu.
Tapi hari ini dia memutuskan untuk mengakhiri kebenciannya terhadap kereta api. Biarlah kereta api menjadi saksi mata meninggalnya sahabat yang sangat ia cintai, yang telah mengucap janji untuk menunaikan pendidikan bersama di kota impian mereka. Dia sadar, sekarang saatnya dia melanjutkan sendiri impian yang telah mereka bangun.
Pukul 4.30 pagi kereta berhenti di Stasiun Lempuyangan. Para penumpang kereta sudah mulai terbangun dan bersiap untuk turun. Anak itu pun mengambil tas ransel dari bawah tempat duduknya, kemudian mengantri berjalan menuju pintu kereta. Kakinya melangkah ke tanah Jawa, dan dia pun tersenyum. Inilah tanah impian yang akan mengantarnya menuju pendidikan yang gemilang dan masa depan yang cemerlang. Baginya mimpi itu bukan hanya miliknya, tetapi mimpi bersama sahabatnya yang sudah dulu diambil oleh Sang Pencipta yang lebih mencintainya.
--kisah ini terinspirasi oleh film indie tahun 2000-an dengan judul yang sama yang menceritakan bagaimana kekerasan yang terjadi pada seorang pelajar SMA di atas rel kereta api--
Juli 11, 2014
Juni 22, 2014
konsisten pada pilihan
Wah udah lama banget ya gak nulis di blog. Akhir-akhir ini sibuk sama urusan masa depan hehe. Ehm malem ini tiba-tiba kepikiran aja pengen nulis. Yah melihat dari situasi dan kondisiku sekarang dan impian masa depan serta keputusan yang udah diambil di hari yang lalu, jadi pengen berbagi aja.
Keputusan yang udah kita ambil entah itu dengan pemikiran yang matang atau keputusan yang harus diambil dalam waktu singkat atau atas pengaruh berbagai pihak tetap saja itu keputusan yang sudah kita ambil. Sebaiknya kita gak mencla mencle dengan keputusan tersebut kan? Apalagi keputusan tersebut merupakan langkah besar yang akan menentukan masa depan kita. Misalnya milih jurusan ketika kuliah, milih kerjaan, atau keputusan memakai hijab dan lain-lainnya.
Lulus SMA kebanyakan pasti bingung mau milih kuliah jurusan apa ya? Atau mau lanjut kuliah atau kerja ya? Keputusan itu mestinya diambil berdasarkan pertimbangan dan kondisi keluarga serta impian kita. Tapi apa pun keputusan kita seharusnya kita tetep konsisten dengan pilihan kita. Ya gak nyalahin si yang pindah jurusan pas kuliah, tapi ya menurut pendapat aku pribadi, keputusan yang kita ambil itu adalah tanggung jawab kita. Kalo masalah kuliah itu tanggung jawab kita ke orang tua dan masa depan. Jangan sampe kita mengecewakan orang tua karna kita tiba-tiba merasa tidak mampu melanjutkan studi atau minta pindah jurusan, padahal dulunya kita sendiri yang milih jurusan tersebut.
Yang lain lagi misalnya keputusan untuk memakai hijab. Ini keputusan yang besar karena jelas menutup aurat itu merupakan suatu kewajiban bagi muslimah. Aku sadar betul jilbabku masih jauh dari syar'e. Dan sekarang ini masih belajar untuk menggunakan hijab yang syar'e karena jujur menurutku itu bukan keputusan yang enteng. Untuk beralih ke hijab syar'e itu butuh proses buat aku dan takutnya kalo prosesnya instan nantinya aku ga istiqomah dalam menjalaninya. Aku tau betul keputusan menggunakan hijab itu banyak banget godaannya. Aku pun pernah yah tergoda mengupload foto gak pake hijab. Tapi itu beberapa tahun lalu dan sejauh ini aku berusaha banget untuk istiqomah dan menambah ilmu sebanyak-banyaknya tentang berhijab. Aku seneng banget kalo ada temen-temen yang mulai berhijab apalagi yang mulai berhijab syar'e. Mereka itu menginspirasi banget buat aku. Aku yang hijabnya masih biasa merasa termotivasi banget. Tapi akhir-akhir ini aku prihatin banget liat temen-temen yang udah berhijab, kemudian gak lama berhijab syar'e, eh gak lama trus balik lagi ke hijab biasa. Ada juga malah yg tiba-tiba melepas hijabnya. Aku bukan men-judge atau apa. Ini opini pribadiku. Ini blogku jadi aku bebas mau berpendapat apa. Hahahaha.
Jujur aku prihatin banget liatnya. Melepas hijab itu merupakan sesuatu yang sangat disayangkan. Apalagi tadinya udah sempet syar'e hijabnya. Why?? Kita yang belum syar'e terinspirasi banget lho padahal. Apa pas pake hijab syar'e itu cuma ikut-ikutan fashion karna sekarang hijab syar'e juga udah jadi trend fashion kayak hijab alila dan sebagainya. Terus balik lagi ke hijab biasa dengan segala macam trend berhijab. Gak lama terus malah gak pake hijab apa pun alasannya.
Keputusan apa lagi ya? Oh iya, misalnya aja keputusan buat pacaran atau berhubungan dekat dengan lawan jenis. Sekarang banyak banget yang bilang gak pacaran tapi taaruf-an. Tapi diliat-liat gak beda sama orang pacaran. Kalo ditanyain temen eh itu pacar kamu ya, jawabnya bukan. Come on, jalan bareng berdua boncengan dan hal-hal lain kaya orang pacaran tapi gak mau dibilang pacaran. Tapi kalo si ceweknya atau cowoknya deket sama yang lain marah. Itu namanya apa kalo bukan pacaran? HTS? TTM? Kalo pacarnya diilang-ilangin nanti ilang beneran lho. #bukanmendoakan. Jujur aja si kalo emang pacaran ya bilang pacaran kalo taaruf ya lakukan hal-hal yang bersifat taaruf dan gak melanggar batas-batas taaruf. Itu kan udah keputusan kalian buat pacaran.
Random banget ya tulisanku dari ngomongin jurusan kuliah trus berhijab sampe pacaran/taaruf atau apa lah kalian mau bilangnya. Hahahahaha. Whatever lah. Ini murni opini pribadi ya. Bukan nge-judge atau ikut campur urusan orang cuma menumpahkan isi pikiran dan hati aja. Karena jujur aku prihatin banget ngeliatnya. Yah semoga kita sama-sama memperbaiki diri. Aku sendiri juga jauuuuuuh banget dari kata sempurna. Mohon maaf kalo ada kata-kata menyinggung. Sampe ketemu ditulisan selanjutnya kalo lagi mood nulis.
Keputusan yang udah kita ambil entah itu dengan pemikiran yang matang atau keputusan yang harus diambil dalam waktu singkat atau atas pengaruh berbagai pihak tetap saja itu keputusan yang sudah kita ambil. Sebaiknya kita gak mencla mencle dengan keputusan tersebut kan? Apalagi keputusan tersebut merupakan langkah besar yang akan menentukan masa depan kita. Misalnya milih jurusan ketika kuliah, milih kerjaan, atau keputusan memakai hijab dan lain-lainnya.
Lulus SMA kebanyakan pasti bingung mau milih kuliah jurusan apa ya? Atau mau lanjut kuliah atau kerja ya? Keputusan itu mestinya diambil berdasarkan pertimbangan dan kondisi keluarga serta impian kita. Tapi apa pun keputusan kita seharusnya kita tetep konsisten dengan pilihan kita. Ya gak nyalahin si yang pindah jurusan pas kuliah, tapi ya menurut pendapat aku pribadi, keputusan yang kita ambil itu adalah tanggung jawab kita. Kalo masalah kuliah itu tanggung jawab kita ke orang tua dan masa depan. Jangan sampe kita mengecewakan orang tua karna kita tiba-tiba merasa tidak mampu melanjutkan studi atau minta pindah jurusan, padahal dulunya kita sendiri yang milih jurusan tersebut.
Yang lain lagi misalnya keputusan untuk memakai hijab. Ini keputusan yang besar karena jelas menutup aurat itu merupakan suatu kewajiban bagi muslimah. Aku sadar betul jilbabku masih jauh dari syar'e. Dan sekarang ini masih belajar untuk menggunakan hijab yang syar'e karena jujur menurutku itu bukan keputusan yang enteng. Untuk beralih ke hijab syar'e itu butuh proses buat aku dan takutnya kalo prosesnya instan nantinya aku ga istiqomah dalam menjalaninya. Aku tau betul keputusan menggunakan hijab itu banyak banget godaannya. Aku pun pernah yah tergoda mengupload foto gak pake hijab. Tapi itu beberapa tahun lalu dan sejauh ini aku berusaha banget untuk istiqomah dan menambah ilmu sebanyak-banyaknya tentang berhijab. Aku seneng banget kalo ada temen-temen yang mulai berhijab apalagi yang mulai berhijab syar'e. Mereka itu menginspirasi banget buat aku. Aku yang hijabnya masih biasa merasa termotivasi banget. Tapi akhir-akhir ini aku prihatin banget liat temen-temen yang udah berhijab, kemudian gak lama berhijab syar'e, eh gak lama trus balik lagi ke hijab biasa. Ada juga malah yg tiba-tiba melepas hijabnya. Aku bukan men-judge atau apa. Ini opini pribadiku. Ini blogku jadi aku bebas mau berpendapat apa. Hahahaha.
Jujur aku prihatin banget liatnya. Melepas hijab itu merupakan sesuatu yang sangat disayangkan. Apalagi tadinya udah sempet syar'e hijabnya. Why?? Kita yang belum syar'e terinspirasi banget lho padahal. Apa pas pake hijab syar'e itu cuma ikut-ikutan fashion karna sekarang hijab syar'e juga udah jadi trend fashion kayak hijab alila dan sebagainya. Terus balik lagi ke hijab biasa dengan segala macam trend berhijab. Gak lama terus malah gak pake hijab apa pun alasannya.
Keputusan apa lagi ya? Oh iya, misalnya aja keputusan buat pacaran atau berhubungan dekat dengan lawan jenis. Sekarang banyak banget yang bilang gak pacaran tapi taaruf-an. Tapi diliat-liat gak beda sama orang pacaran. Kalo ditanyain temen eh itu pacar kamu ya, jawabnya bukan. Come on, jalan bareng berdua boncengan dan hal-hal lain kaya orang pacaran tapi gak mau dibilang pacaran. Tapi kalo si ceweknya atau cowoknya deket sama yang lain marah. Itu namanya apa kalo bukan pacaran? HTS? TTM? Kalo pacarnya diilang-ilangin nanti ilang beneran lho. #bukanmendoakan. Jujur aja si kalo emang pacaran ya bilang pacaran kalo taaruf ya lakukan hal-hal yang bersifat taaruf dan gak melanggar batas-batas taaruf. Itu kan udah keputusan kalian buat pacaran.
Random banget ya tulisanku dari ngomongin jurusan kuliah trus berhijab sampe pacaran/taaruf atau apa lah kalian mau bilangnya. Hahahahaha. Whatever lah. Ini murni opini pribadi ya. Bukan nge-judge atau ikut campur urusan orang cuma menumpahkan isi pikiran dan hati aja. Karena jujur aku prihatin banget ngeliatnya. Yah semoga kita sama-sama memperbaiki diri. Aku sendiri juga jauuuuuuh banget dari kata sempurna. Mohon maaf kalo ada kata-kata menyinggung. Sampe ketemu ditulisan selanjutnya kalo lagi mood nulis.
Langganan:
Postingan (Atom)